PERGUNU CIANJUR
Ads 728x90

Minggu, 27 Maret 2022

Mendidik dengan Hati

Pernahkah kita mendengar seseorang yang tiba-tiba ia berhenti bekerja, padahal gajinya besar, tempat kerjanya enak, perusahaannya besar dan terkenal.

Ketika ditanya alasannya, kenapa ia berani keluar dari pekerjaannya, merelakan gaji besarnya yang belum tentu ia dapatkan lagi diperusahaan lain? Jawabannya sederhana “aku sudah merasa nggak nyaman, makanya aku keluar saja”.

Atau juga kita pernah mendengar, ada orang yang bertahan kerja bertahun-tahun di sebuah perusahaan, padahal gajinya tidak terlalu besar, perusahaannnya pun biasa-biasa saja, tetapi ia rela bertahan padahal banyak juga perusahaan yang menawarkan kerja dengan gaji yang lebih besar. Ketika ditanya, jawabannya simpel, “karena aku udah nyaman disini”.

Atau lebih menohok lagi, ada pasangan suami istri, yang menurut kita tidak serasi, baik dari rupa ataupun status sosialnya. Namun ternyata hubungan mereka begitu harmonis, hidup bahagia dan berkecukupan. Ketika ditanya, alasanya sama karena mereka sudah nyaman dengan pasangannya. Kenyamanan dalam pernikahan disebut dengan “sakinah, mawaddah wa rahmah”, dan itu tujuan utama berumah tangga.

Dari ketiga kasus terbut, saya kira semua orang bersepakat bahwa kenyamanan itu sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Kenyamanan itu bersarang di hati setIap orang, dan setiap orang punya hati. Sedangkan situasi hati itu merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup tanpa kenyamanan dalam hatinya.

Saya pun termasuk orang yang menggandrungi kenyamanan. Artinya dalam kehidupan ini, bagi saya kenyamanan itu nomor satu.  Karena dalam hidup ini apa lagi yang dicari selain kenyamanan? Orang bahagia karena ia merasa nyaman. Hatinya merasa bahagia karena ia merasakan situasi hati yang nyaman.

Namun perlu diingat, bahwa nyaman atau tidak nya sesuatu itu bergantung diri kita sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhinya, selain faktor dari luar (orang lain dan lingkungan sekitar), maka faktor dari dalam diri sendiri lah yang paling menentukan. Keadaan seburuk apapun jika bisa mengendalikan suasana hati, maka tetap kenyamanan itu akan ada. Jadi kenyamanan itu diciptakan, tidak datang begitu saja.

Sebagai seorang guru, saya pun harus menciptakan kenyamanan ketika berinteraksi dengan siswa. Ketika saya nyaman mereka pun pasti akan merasakan hal yang sama. Pendidikan akan berhasil ketika mereka juga merasakan hal yang sama dengan gurunya. Saya meyakini kenyamanan ialah faktor penting dalam keberhasilan pendidikan.

Standar nasioanal pendidikan yang diterbitkan pemerintah, tidak lain ialah agar bisa menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman. Guru atau siswa tidak akan sukses dalam proses pembelajarannya tanpa adanya kenyamanan. Guru dan siswa harus merasakan kenyamanan ketika berinteraksi.

Saya teringat kata-kata Aristoteles, "Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali". Begitu pentingnya mendidik hati, sampai-sampai jika pedidikan tidak bisa melibatkan hati didalamnya, kata Aristoteles bukanlah pendidikan sama sekali. Jelaslah bahwa hati juga memiliki tempatnya tersendiri dalam pendidikan. Bahkan berperan besar atas berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.

Kenyamanan yang diciptakan di ruang kelas oleh guru dan siswa, bisa terjalin karena ada tali hubung antara keduanya. Tali hubung itu bernama kasih sayang. Konteks kasih sayang antara guru dan siswa ini, tentu berbeda dengan hubungan kasih sayang layaknya pasangan muda mudi. Namun hubungan kasih sayang antara guru dan siswa ialah kasih sayang untuk menerima dan mengerti peran apa yang harus dilakukan antara keduanya.

Guru dengan kasih sayangnya memposisikan siswa sebagai anak didiknya, menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bahkan guru dengan ketulusan hatinya, dengan penuh kesabaran ia mau mengarahkan dan membimbing mereka agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

Siswa pun demikian, ia menerima gurunya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Keterbukaan hati akan menciptakan hubungan kasih sayang, dan kasih sayang akan menciptakan kenyamanan.

Proses pendidikan yang melibatkan pendidikan hati akan menciptakan kenyamanan antara guru dan siswa. Sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan baik. Pendidikan akan berhasil ketika guru dan siswa nyaman di kelas, nyaman di sekolah dan nyaman ketika berinteraksi dimana pun mereka berada.

Jadi mendidik itu bukan hanya tentang metode yang baik, tetapi juga tentang hati. Ingat kata Aristoteles, “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali".***

Penulis: Eri Fauzi Rahman
(Pengurus Pergunu Cianjur)

0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Advertisemen