PERGUNU CIANJUR
Ads 728x90

Sabtu, 26 Maret 2022

Menakar Sosok Pemimpin Ideal Cianjur


PERGUNU CIANJUR - Tentang kriteria pemimpin, Presiden Joko Widodo berpandangan bahwa dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, Indonesia harus dipimpin figur dengan kriteria yang khusus agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. 

Dalam pidatonya pada pertemuan tahunan Bank Indonesia di JCC Senayan, Seperti dikutip KOMPAS.COM Selasa (27/11/2018), Jokowi mengutarakan figur pemimpin ideal dengan 4 kriteria berikut ini:

Pertama, Indonesia membutuhkan pemimpin yang berpikiran terbuka. Sebab, dalam menghadapi sesuatu yang baru dan tidak pernah ada sebelumnya, dibutuhkan fleksibilitas agar seseorang dapat memahami hal tersebut dan meresponsnya dengan baik. Lagipula, menurut Jokowi, saat ini adalah era keterbukaan.  

Selanjutnya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang siap menghadapi produk revolusi industri 4.0.

Yang kedua, pemimpin yang siap menghadapi munculnya advanced robotic, virtual reality, bitcoin dan cryptocurrency. Artinya pemimpin yang cepat merespons dan mempelajari perubahan-perubahan era Revolusi Industri 4.0 

Ketiga, pemimpin yang mampu bereaksi cepat dan berorientasi pada hasil. Bukan justru berorientasi pada prosedur. Pemimpin goal oriented, result oriented. Bukan prosedur oriented yang bertele-tele dan berbelit-belit 

Keempat, Pemimpin yang mampu berkolaborasi dengan seluruh elemen bangsa.

Kemudian bagaimana sosok pemimpin Cianjur kini dan masa depan? Mengingat kepemimpinan Kabupaten Cianjur harus menemui babak baru.

Berikut ini yang menurut saya betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat Cianjur, yaitu selain pemimpin yang dapat mengantarkan kesejahteraan bagi masyarakat secara merata (Sugih Mukti), juga pemimpin yang memiliki visi perubahan di era revolusi industri 4.0 dengan tidak meninggalkan akar budaya luhur Cianjur yang saat ini hampir tercerabut dari akarnya.

Masyarakat Cianjur memiliki filosofi luhur yakni NGAOS, MAMAOS dan MAEN PO yang mengingatkan pada kita semua tentang 3 (tiga) aspek keparipurnaan hidup.

NGAOS adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang dilekati dengan keberagamaan. Citra sebagai daerah agamis ini konon sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 di mana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam. Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kyai sehingga mendapat julukan KOTA SANTRI.

Kilas balik sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa perang kemerdekaan, bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok pesantren. Banyak pejuang yang meminta restu para kyai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kyai.

MAMAOS adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup.

Seni mamaos tembang sunda Tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Ia menjadi dalem tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862. Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru. Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.

Sedangkan MAENPO adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maenpo ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim, aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan simbol rasa keber-agama-an, kebudayaan dan kerja keras. Dengan keberagamaan sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia.

Dengan kebudayaan, masyarakat cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup. Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukan semangat keberdayaan yang tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan.

Sosok pemimpin Cianjur yang seperti inilah yang memiliki visi perubahan, dengan kepribadian sebagaimana filosofi NGAOS, MAMAOS dan MAENPO. Sejatinya tantangan arus revolusi industri 4.0 sudah bisa terjawab oleh pemimpin yang memegang teguh prinsip akar budaya Cianjur tersebut yang sudah tertanam sejak lama. Oleh karenanya arus revolusi industri 4.0 ditempatkan berada di atas akar budaya masyarakat Cianjur yang Agamis, Berkebudayaan dan Pekerja keras.***

Penulis

Eri Fauzi Rahman

(Pengurus PERGUNU CIANJUR)

0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Advertisemen